Senin, 15 Februari 2010

Let's Talk About ADHD Chapter 2

Chapter 2 - Gejala

Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, dan sudah dapat dilihat sejak usia bayi.

Gejala yang harus dicermati adalah sensitive terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur.

Tiga gejala utama ADHD adalah:

Inatensi : Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian
contoh:
  • Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
  • Mainan, alat tulis, dsb sering tertinggal.
  • Sering membuat kesalahan.
  • Perhatian mudah teralih terutama oleh rangsang suara.
  • Sulit menyelesaikan tugas atau pekerjaan sekolah.
Hiperaktif : Perilaku yang tidak bisa diam
contoh:
  • Banyak bicara.
  • Mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
  • Tidak dapat tenang.
  • Sering membuat suasana gaduh.
  • Selalu memegang apa yang dilihat.
  • Sulit duduk diam.
  • Mudah gelisah.
  • Terlihat lebih impulsif dibandingkan dengan anak seusianya.
Impulsif : Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar)
contoh:
  • Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
  • Tidak sabaran.
  • Reaktif.
  • Sering bertindak tanpa berpikir dahulu.

Selain tiga ciri utama diatas, ada tiga ciri lainnya seperti dikutip dari netsains.com:

Sikap menentang
  • Cenderung sering melanggar peraturan.
  • Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas seperti orangtua dan guru.
  • Mudah merasa terganggu, mudah marah (emosional).
  • Tidak mau menerima kritik.
Cemas
  • Sering merasa khawatir dan takut.
  • Merasa cemas saat berhadapan dengan situasi baru yang tidak familiar.
Problem Sosial
  • Memiliki sedikit teman
  • Cenderung tidak percaya diri

Berikut beberapa gejala ADHD sesuai dengan masa perkembangan seorang anak:

Pada Bayi

  • Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun
  • Sulit minum ASI
  • Tidak senang digendong
  • Suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan
  • Sulit tenang
Pada Balita

  • Sulit berkonsentrasi/memiliki rentang konsentrasi yang sangat pendek
  • Sangat aktif dan selalu bergerak
  • Impulsif
  • Cenderung penakut
  • Memiliki daya ingat yang pendek
  • Terlihat tidak percaya diri
  • Memiliki masalah tidur dan sulit makan
  • Sangat cerdas, namun prestasi belajar tidak prima.
  • Keras kepala
  • Tidak pernah merasa puas
  • Sulit beradaptasi dengan lingkungan


Pada Anak yang Lebih Besar

  • Tampak canggung
  • Sering mengalami kecelakaan
  • Perilaku berubah-ubah
  • Gerakan konstan atau monoton
  • Lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya
  • Kurang konsentrasi
  • Tidak bisa diam
  • Mudah marah
  • Nafsu makan buruk
  • Koordinasi mata dan tangan tidak baik
  • Suka menyakiti diri sendiri
  • Gangguan tidur
  • Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan
  • Gangguan akademik dan interaksi sosial

Tidak semua anak yang mengalami ADHD terlihat memiliki gejala ini, karena sangat tergantung pada tingkat ADHD yang diidap.

Gambaran klinis di atas senada dengan rekomendasi dari AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS (2000) tentang ADHD adalah sbb:

* Pada anak berusia 6-12 tahun dengan:

1. inattention,
2. hyperactivity,
3. impulsivity,
4. academic underachievement,
5. behavior problems,


Sekadar tambahan, pada sebagian anak yang mengalami gangguan perilaku, terdapat komorbid atau tumpang tindih dengan gangguan lainnya (Desvi Yanti, 2005)

Komorbiditas biasanya juga terjadi dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders). Szatmari, Offord, dan Boyle (dalam Grainger 2003) menyebutkan sebanyak 20-40% anak penderita ADHD juga didiagnosis mengalami gangguan perilaku. Sejalan hal ini, Stewart, Cummings, Singer, dan DeBlois (dalam Grainger, 2003) menemukan bahwa 3 dari 4 anak dengan gangguan perilaku agresif ternyata juga hiperaktif, dan 2 dari 3 anak hiperaktif juga mengalami gangguan perilaku.

Secara akademis, anak yang mengalami masalah dengan perilaku biasanya mengalami kesulitan untuk dididik di lingkungan kelas yang “tradisional” sehingga prestasi akademiknya rendah dan mereka seringkali didiagnosis mengalami kesulitan belajar. Riset juga menunjukkan gangguan perilaku berhubungan dengan tingkat membolos dan drop out (DO) dari sekolah (Jimerson, et.al., 2002).

Sumber:
klikdokter
connectique.com
netsains.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar