Jumat, 08 Januari 2010

Stres

Banyak di antara kita saat ini hidup dalam kecemasan kronis. Hormon-hormon aktif seperti adrenalin sebenarnya hanya “dirancang” untuk dilepaskan pada saat darurat. Masalahnya, saat-saat “darurat” ini begitu sering menghampiri kita, contohnya ketika kita mengerjakan tugas dengan deadline yang singkat, sehingga hormon-hormon yang berkaitan dengan stres ini terus dimuntahkan sampai akhirnya mengikis sistem imun manusia sehingga tubuh menjadi rentan terserang penyakit.

Saat kita merasa tegang, cemas, atau dalam keadaan lain yang dapat memicu stres, kita memaksakan otak kiri untuk memecahkan masalah. Padahal, otak kiri hanya bisa memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesadaran, aspek prosedural, atau verbal; bukannya yang berkaitan dengan intuisi atau menemukan sesuatu, yang merupakan tugas dari otak kanan. Jika kita memaksakan otak kiri untuk memecahkan persoalan, maka yang akan muncul hanya rasa frustrasi yang semakin memperparah stres.


Penyebab Stres


Hal-hal apakah yang dapat memicu stres? Situasi apa sajakah yang dapat memicu rasa panik, takut, kesal, geram, gugup, dan sebagainya? Tumpukan tugas yang harus dikumpulkan esok hari? Seseorang yang begitu menyebalkan sehingga membuat kita merasa ingin melabraknya habis-habisan? Nilai-nilai ujian yang terjun bebas? Tetangga yang hobi membuat masalah? Kencan pertama? Wawancara kerja?

Jawaban yang benar adalah: bukan salah satu dari hal-hal yang disebutkan di atas. Semua yang disebutkan di atas hanyalah peristiwa atau situasi eksternal. Stres bukan disebabkan karena pengaruh eksternal, melainkan disebabkan oleh tanggapan kita terhadap suatu peristiwa, yang dengan kata lain bersifat internal. Jadi, pada dasarnya, stres merupakan suatu akibat dari cara seseorang menanggapi peristiwa-peristiwa di luar diri, bukan dari peristiwa itu sendiri.


Tanda-tanda Stres



6 Kebiasaan Berpikir


Berikut adalah beberapa kebiasaan berpikir yang bisa membuat stres:

1. Terlalu banyak atau terlalu menggugat diri sendiri maupun orang lain

2. Ingin menguasai orang lain

3. Menampakkan ketakutan-ketakutan batiniah, bermain-main dengan ungkapan “Bagaimana kalau…?”

4. Dihantui kekhilafan di masa lalu. Bermain-main dengan ungkapan negatif seperti: “Kalau saja dulu…” atau “Seandainya dulu aku tidak…”

5. Bermain sebagai seorang pengecut.

6. Menggegerkan dan menganggap sesuatu sebagai bencana dahsyat


5 Lampu Merah Isyarat Adanya Stres Berlebihan


1. Perubahan pola tidur: Sulit tidur, bahkan cenderung insomnia

2. Perubahan pola makan: Bisa terlalu sedikit atau malah terlalu banyak makan daripada biasanya.

3. Sering sakit-sakitan tanpa penyebab yang jelas: merasa tidak salah makan, bahkan makan tepat waktu, tetapi mendadak sakit perut; atau mendadak iritasi mata padahal tidak berkontak dengan debu; atau gangguan tubuh lainnya, seperti sakit gigi, demam, dan sebagainya

4. Ketagihan yang “sedap-sedap”: mendadak sering sekali kedapatan ngemil makanan yang mengandung cokelat, minum kopi atau alkohol, merokok, dan merasakan kegelisahan yang tidak kunjung sirna.

5. Meningkatnya perasaan hampa dan letih: merasa tidak pernah bugar walaupun sudah beristirahat dengan cukup.


Agar Tubuh Kebal Terhadap Stres


Self Talk


Biasakan melakukan self talk saat menghadapi masalah. Yang dimaksud self talk disini tentu saja berupa self talk positif yang akan memotivasi diri menjadi lebih baik.

Contoh Self Talk:

1. Situasi : besok ada kuis Aplikom. Dan kebetulan besok adalah batas terakhir penyerahan tugas makalah Bahasa Indonesia yang ribetnya amit-amit, ditambah ada tugas paper Statistik

Negatif :
“Aduh gawat!!! Besok ada kuis Aplikom dan aku belum belajar!!! Mana makalah belum selesai, paper juga boro-boro disentuh!!!” *dengan nada histeris*

Positif : *tarik napas* “Tenang… kerjakan satu-satu, makalah sudah 90% beres kok, jadi aku akan menyelesaikan makalah baru mengerjakan Statistik semampuku, kemudian bila masih ada waktu sebelum tidur, akan kupakai untuk mencicil belajar Aplikom. Pasti bisa.”


2. Situasi : tiba-tiba jatuh didepan kelas orang lain. Suaranya keras pula, jadi seisi kelas langsung keluar untuk melihat sumber suara

Negatif :
“Malu banget tadi jatoh di depan kelas orang!!! Kalo ketemu mereka lagi siap-siap diketawain abis-abisan deh!!!”

Positif : “Semua orang pernah jatuh kok, tadi aku emang kurang hati-hati. Lain kali aku akan lebih hati-hati… masalah diketawain, dibawa seru aja… kapan lagi ngalamin pengalaman kayak tadi?”


3. Situasi : saat dalam “masa penyembuhan” setelah putus dari pacar, dan mulai bersiap untuk mencari yang baru

Negatif : “Hmmm… walaupun sakit, tapi aku siap kok untuk pacaran lagi” *padahal aslinya belum siap*

Positif : “Hmmm… aku belum siap buat cari-cari yang baru… tapi sebentar lagi aku pasti siap.”


4. Situasi : saat ingin ikut suatu lomba

Negatif : “Nggak usah coba-coba ikutan lomba ratu kampus deh, nggak bakalan cewek kayak aku jadi finalis…”

Positif : “Coba kirim ah formulirnya, masalah terpilih atau nggak, urusan nanti. Kalau seandainya terpilih, aku akan menyiapkan diri lebih baik lagi, kalu tidak ya tidak apa-apa.”


5. Situasi : saat sedang bercermin

Negatif : “Uh, kantung mataku tebal sekali… bikin kusam wajah aja deh”

Positif : “Ada kantung mata? Wah, berarti aku harus makin rajin merawat wajahku nih… akhir minggu ke salon, yuk…”


6. Situasi : saat baru melakukan kesalahan

Negatif : “Oke, aku memang membentak dia tadi, salahnya sendiri ngaret terlalu lama!”

Positif : “Tampaknya tadi kata-kataku kelewatan. Nanti aku minta maaf dan ngobrolin hal ini dengan dia.”


7. Situasi : saat kita menyimpulkan semua hal yang mirip cuma dari satu hal kecil (disebut overgeneralisasi)

Negatif : “Mana ada cowok cakep nan populer yang mau sama cewek yang biasa-biasa aja?”

Positif : “Mungkin aku memang bukan tipenya. Ya sudah sih, cowok kan masih banyak.”


SEEDS


Biasanya, orang cenderung mengonsumsi obat penenang untuk menghindar dari stres. Namun hal ini memiliki efek samping yaitu menjadi kecanduan obat. Selain itu, mengonsumsi obat-obatan tidak menjamin stres tersebut selesai.

Lalu bagaimana caranya?

Rahasianya adalah dengan menyusun ulang kerangka peristiwa yang telah memunculkan anggapan berlebihan yang kita rasakan. Stres dapat dielakkan dengan mengembangkan kebiasaan untuk secara sadar menilai berbagai peristiwa dengan sudut pandang yang berbeda.

Agar lebih mudah diingat, langkah-langkah untuk menghadapi stres ini akan disebut dengan SEEDS (harafiah: benih) yang kita taburkan dengan harapan kelak akan memetik keberhasilan.

Langkah-langkah SEEDS itu adalah sebagai berikut:

Situation : lihat situasi itu sebagai sesuatu yang pada dasarnya netral
Evaluation : evaluasi situasi tersebut (masalah siapa ini?)
Emotions : alihkan emosi agar sesuai dengan situasi
Do : berbuat sesuatu mengenai situasi tersebut
Self-esteem : (hasilnya,) rasa harga diri akan datang


“Obat Penenang”
(Dijamin Bebas Narkotika)



Untuk hasil yang lebih baik dalam membentengi diri terhadap stres, ada baiknya kita menjalankan teknik-teknik berikut ini, lebih baik lagi jika kita mampu menjadikan kegiatan-kegiatan ini sebagai rutinitas dalam kehidupan sehari-hari.


Rajin Berlatih

Saat tubuh melakukan kegiatan dan berolahraga, tubuh melepaskan hormon endorfin, sebuah zat pembunuh rasa sakit alamiah yang mampu meringankan stres terhadap jasmani tanpa menimbulkan efek samping seperti halnya tablet-tablet penenang. Selain itu, manfaat lain yang diperoleh adalah tubuh akan terasa segar dan bugar.


Meningkatkan Kesadaran Diri


Bagaimana caranya?


Meditasi


Yaitu penenangan suasana batin secara alamiah. Berlangsung dalam beberapa jenjang, dimana yang tertinggi adalah pada keadaan dimana terdapat suasana “kesadaran murni” yang terdiri dari ketenangan mutlak.


Melamun (daydreaming)


Melamun tidak harus selalu identik dengan bermalas-malasan. Pada saat-saat tertentu, melamun bisa menjadi “jendela” untuk melihat apa yang kita inginkan dan memperoleh petunjuk untuk melakukan sesuatu. Mirip dengan meditasi ringan, hanya saja ingatan kita cenderung menyimpannya lebih lama dan cenderung hadir berulang-ulang.


Menatap isi batin (internal scanning)


Keadaan ini khususnya terjadi pada saat di antara tidur dan terjaga. Mirip seperti melamun, hanya saja jika melamun lebih berpusat pada satu gambaran, maka penatapan isi batin lebih mirip sekumpulan gagasan, pemikiran, dan keinginan. Pada saat ini, terjadi harmonisasi antara kedua belah otak.


Bermimpi (dreaming)


Mimpi dapat membuatkan sebuah peta bagi sistem penuntun batin. Suatu pemikiran yang tertanam selama peninjauan batin seringkali menjadi bagian dari mimpi. Apa yang ada di dalam benak kita selagi tertidur cenderung muncul dalam bentuk tertentu pada mimpi.
Kita bisa berlatih “memprogram mimpi” untuk mencari cara menanggapi kerisauan tanpa rasa stres. Saat pikiran sadar terpusat pada situasi yang membuahkan stres, alam bawah sadar akan bertindak seperti kuda yang berlari tanpa tujuan. Namun dalam keadaan bermimpi, alam bawah sadar akan waspada tanpa mendakwa sebab-sebab stres yang tengah menjerat dan tidak membesar-besarkannya. Ia dapat mencari pemecahan-pemecahan yang intuitif dan kreatif.


Tertawa


Selain berolahraga, tertawa juga menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon endorfin dan membuat kita merasa rileks dan enteng. Karena itulah, sangat disarankan untuk membaca komik ringan yang memiliki cerita konyol atau menonton film komedi saat sedang stres.


Beberapa Teknik Cepat Untuk Mengurangi Stres


Menunda Tanggapan


Saat dalam proses memperbaiki diri, seringkali kita tidak mampu menghindar dari tanggapan-tanggapan yang mengandung stres. Kalau ini terjadi, cobalah untuk menunda tanggapan tersebut, seperti saran klasik “hitung-sampai-sepuluh” saat kita merasa ingin meledak marah. Yang dimaksud disini adalah menunda keluarnya rasa frustrasi. Efeknya, kita tidak akan mempermalukan diri sendiri dalam situasi yang kita hadapi.


Menenangkan Diri


Selalu ingat bahwa semua perasaan negatif yang berkenaan dengan stres bukanlah berasal dari luar, melainkan dari tanggapan-tanggapan kita sendiri. Hindarkan tanggapan penuh stres seperti itu dengan mengasah kemampuan untuk menyelinap ke dalam sebuah tempat tenang dalam benak kita, kemudian bayangkan hal-hal yang menyenangkan.


Lakukan Liburan Kecil Setiap Hari


Ada baiknya jika kita meluangkan waktu beberapa menit untuk menyingkir ke ruang tentram dalam imajinasi kita. “Pelarian sesaat” ini amat baik pengaruhnya bagi kesegaran fisik. Tekanan darah (yang tadinya naik akibat stres) aka menurun, detak jantung menjadi normal, darah mengalir lancar ke kepala, sehingga pikiran akan menjadi lebih jernih. Kadar hormon-hormon yang berkenaan dengan stres pun akan mengendur.



Referensi
Psikosibernetika 2000 karya Bobbe Sommer Ph.d. dan Mark Falstein (edisi terjemahan)
Majalah
Kawanku edisi 41 tahun 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar